Pages

Ads 468x60px

Selasa, 10 Juli 2012

puisi kerinduanku

-(PUISI KERINDUAN)-



KERINDUANKU

Bagaikan berlayar dengan kapal tanpa dayung
Mengarungi luasnya samudera
Menuju suatu muara kasih saying
Menggenggam kerinduan yang sangat mendalam
Akan hadirmu wahai dua peri, dua malaikat, dua penjaga,
Hanya engkau ayah dan bunda...
Ayah... bunda...
Dalam kerinduan
Aku mencoba memainkan pena diatas selembar kertas putih polos
Aku rangkai bait demi bait kata
Aku ungkapkan kerinduanku padamu ayah dan bunda...
Ayah... bunda...
Disini aku, anakmu,
Merangkul do’a dalam setiap nafas
Mengemban amanah dalam setiap langkah,
Namun...
Kenapa yang aku punya hanya kerinduan yang terungkap dalam selembar kertas
Padamu ayah dan bunda...
Dengan senyuman kalian buang semua rasa penat, lelah, letih dalam setiap usaha, Hanya demi aku, anakmu...
Aku selalu merindukan kalian, ayah dan bunda...


“KERINDUAN KEPADA ALLAH”

Dalam takdir-Mu aku bertahan,
Walau diantara keajaiban yang engkau tampakkan
Perlahan membuat keraguan,,
Ketika waktu telah tiba,
Dalam diam aku terus menunggu
Hingga para malaikat tak mampu mengepakkan sayap-sayap mereka untuk redakan rindu…
Cukup disini,,,,,,
Aku masih menunggu setitik kepastian engkau genggamkan untuk hidupku……
Kobaran rindu makin tertahan kuat di dalam jiwa,
Makin menggumpal dalam hati,
Bagaikan karang yang takkan goyah diterjang badai di samudera keras…
Yang fana’ adalah waktu,
Takdir hidup dalam jerat kefana’an,,
Namun, aku masih tetap menunggu saat-saat kepulanganku,
Dengan keikhlasan,
Dan senyum dalam menyambut ajal dalam keridha’an-Mu…


“PESAN SANG MUSYRIF”

Kerinduan Yang Datang,,,
Rindu Akan Dekapan Cinta dan Kasih Sayang yang Tulus,
Tidak Akan Mudah untuk Dilewati, Setidaknya untuk beberapa hari ini,
Penuh Kesan Terindah
Yang tak Hentinya Menyapa,,
Kenangan saat Berada ditengah Kedua Peri Penjaga
“Ayah dan Bunda”
Begitulah Kita Sering Menyebutnya…
Teringat akan Letih yang setiap Hari Mereka Rasa,
Payah yang tidak sedikitpun Berharap Balas dari Kita..
Terikrarkan Niat, Terikat Janji dengan penuh Harapan,
Terlafadzkan Do’a untuk Mereka…
Kini,,,,,,,,
Kerinduan akan Dekapan Hangat Cinta dan Kasih Sayang yang Tulus
Dari……………………
“Ayah dan Bunda”
Rindu akan Senyumanmu……


“PUISI UNTUK BUNDA”

Bunda……
Dijendela pagi ku sandarkan tubuh ini,
Merajut kerinduan dalam ku berbaring,
Meneteskan butiran air mata dalam kesunyian..
Bunda……
Telah jauh jarak tubuh dan pandangan kita,
Membentang lautan luas dan jalanan yang begitu panjang,
Mengaburkan tatapan matamu..
Bunda……
Keindahan dunia tak mampu meredakan rinduku,
Cinta dunia tak sebesar cintamu,
Dan pilihan terbaik adalah berada disisimu…
Bunda……
Demi anakmu tak pernah merasa derita,
Demi anakmu tak ada rasa keluh kesan darimu,
Tapi, yang aku miliki hanya kerinduan untukmu,
Yang aku beri hanya butiran do’a untukmu…
Bunda……
Aku belum siap menghadapi kematian sebelum aku membahagiakanmu,
Aku belum siap meninggalkanmu, sebelum kulihat senyuman terpancar dari bibirmu……
Itulah satu tujuanku, anakmu……


“RASA”

Rawa tak berbukit mengikrarkan kata
“KEMATIAN”
Menumbuhkan rasa gelisah diantara cinta dan kesetian..
Aku laksana seorang nakoda,
Kapalku kandas ditepi jurang penghianatan,
Bermuara diujung teluk penderitaan,,
Yang mengabdikan diri pada bait-bait kata dari tetesan tinta..
Hidupku bagaikan sebuah pengabdian,
Menyisipkan bait-bait cinta dalam setiap langkah,
Meneteskan titk darah dalam pengorbanan, dan
Melafadzkan satu kata dalam setiap penderitaan,,
Nafasku adalah sebuah sesembahan
Demi sebuah senyuman…


Tiada

Kini,,,
Sahabat telah tiada,
Selembar puisi untuk sahabatku…
Sahabat,
Dulu, engkau pernah mengatakan padaku
Hidup dalam kebersamaan adalah sebuah pengabdian,
Dan nafas adalah perjuangannya,
Manusia terlahir dengan menggenggam tangan,
Engkau bilang itu adalah sebuah amanah,
Dan meninggal dengan tangan terbuka,
Engkau bilang amanah itu telah usai.
Kali ini, aku baru mulai mengerti maksud dari semua  itu,
Namun, kini gak ada gunanya lagi,
Engkau telah menyelesaikan amanahmu,
Engkau telah tiada,
Meninggalkan semua kenangan yang dulu pernah engkau lalui,
Sahabat…


Surat terakhir

Andai air mata bisa ku tulis,
Aku tidak akan pernah menggunakan tinta untuk kau baca.
Mungkin saat kau buka kertas ini aku tak lagi ada,
Aku telah jauh, jauh, dan semakin jauh,
Meninggalkan semua tentang kita
Hingga mata-mata suci tiada yang mampu menjangkaunya.
Di surat terakhir ini aku ingin kau tahu arti cinta yang sebenarnya..
Apakah kau pernah merasakan cinta yang sebenarnya?
Aku sudah merasakannya.
Apakah kau tahu apakah cinta itu?
Bagiku cinta itu adalah keikhlasan dan ketulusan.
Semakin besar cinta itu, semakin harus aku merelakannya.
Karena cinta yang aku rasa saat ini,
Tidak ada yang abadi..
Namun perasaan ini akan tetap hidup,
Hingga takdir tuhan mempertemukan kita lagi kelak...


"Wahai Engkau"


Wahai engkau………
Menangis,,
Kenapa yang kau bisa sekarang hanya menangis??
Kemana kau dulu? Apa yang telah kau lakukan?
Lihatlah didepanmu, siapa yang selalu berharap kedatanganmu…
Seseorang yang selalu menunggu kabar gembira darimu…
Tapi apa yang telah kau lakukan? Kau telah menghianatinya,
Kau telah mendzalimi semua harapannya,
Kau telah menghancurkan cita-citanya,
Dan kau yang telah menodai air mata suci dalam setiap do’anya…

Wahai engkau………
Kau yang mengaku dirimu manusia,
Kau mengaku dirimu adalah makhluk yang paling sempurna,
Namun apakah seperti ini yang dinamakan manusia?
Bukan,,
Kau bukan manusia…
Engkau tak lebih hanyalah seperti binatang yang mengaku manusia…

Wahai engkau,
Engkau yang katanya manusia………
Sadarlah,, bertobatlah,,
Ingatlah siapa engkau? Jauh dibelakangmu dia masih berharap kedatanganmu,
Dia masih menunggu senyumanmu,,,
Iyaaa… jauh disana dia selalu memohonkan kepada tuhan keselamatan dan kesuksesan untukmu… hanya untukmu…
Tapi kau disini malah bersenang-senang tanpa sedikitpun memikirkannya,
Kau jauh tersesat dan kau lebih memilih jalan yang sama sekali tuhanmu tiada meridha’inya…
Wahai Engkau……
Dulu, kau menundukkan kepalamu saat ibumu menasehatimu
Dulu, kau begitu disayang dan dimanja oleh orang tuamu,
Namun, apakah ini balasanmu sebagai anak??
Dasar biadab,
Binasalah wahai engkau yang mengaku dirimu sebagai manusia,
Tak setetes pun akan kau dapatkan air dari telaga surga…
Bertobatlah wahai engkau yang mengaku dirimu manusia,,
Detik-detik pencabutan telah menantimu,
Detik-detik terakhir telah berdiri di depanmu………
Terbang,,, terbang,,, terbang lah bersama para penghuni surga……………………



by: Andy_Aniyya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text